Rakyat Bicara
  • Beranda
  • News
  • Artikel
  • Kolom
  • Sosok
No Result
View All Result
Rakyat Bicara
  • Beranda
  • News
  • Artikel
  • Kolom
  • Sosok
Rakyat Bicara
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Artikel
  • Kolom
  • Sosok
Sejarah Aceh Dikritisi: Diskusi Tika Beut Ungkap Unsur yang Terhapus dari Narasi Resmi

Sejarah Aceh Dikritisi: Diskusi Tika Beut Ungkap Unsur yang Terhapus dari Narasi Resmi

CE by CE
2 Juli 2025
in News
Reading Time: 2 mins read
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Lhokseumawe – Komunitas Tika Beut kembali menggelar diskusi terbuka bertajuk Mimbar Bebas pada Selasa, 1 Juli 2025, dengan mengangkat tema provokatif “Apa yang Hilang dari Sejarah Aceh?”. Bertempat di bawah rindangnya pohon di area DPR Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, diskusi ini menghadirkan Baiquni Hasbi, M.A., Ph.D., seorang sejarawan Aceh lulusan University of North Carolina at Chapel Hill, Amerika Serikat, sebagai narasumber utama.

Dalam penyampaiannya, Baiquni menegaskan pentingnya memandang sejarah bukan sekadar kumpulan cerita masa lalu, melainkan sebagai alat untuk membaca dan memahami masa kini secara kritis. “Sebagai anak muda, kita perlu kritis terhadap sejarah yang selama ini kita baca dan dengar,” ujarnya. Ia mengingatkan bahwa sejarah tidak pernah netral dan sering kali ditulis dengan bias tertentu.

Menurut Baiquni, ada kecenderungan sejarawan Muslim hanya menulis aspek keislaman dan menghapus unsur-unsur lain yang juga membentuk peradaban. Ia menekankan pentingnya mempertanyakan siapa penulis sejarah, kepada siapa ditujukan, dan apa motif di baliknya. “Semua yang ada di dunia ini harus dipertanyakan. Saat membaca sejarah, penting untuk bertanya: siapa penulisnya? Kepada siapa tulisan itu ditujukan? Dan apa motif di baliknya?” tegasnya.

Lebih lanjut, Baiquni mengulas isi Hikayat Raja-raja Pasai, khususnya tentang tokoh Sultan Malikussaleh yang sebelumnya dikenal sebagai Meurah Silu, dan keterkaitannya dengan unsur Hindu-Buddha. Ia menyoroti bahwa proses Islamisasi di Aceh bukanlah peristiwa tunggal dan langsung, melainkan melalui perjumpaan budaya dan keyakinan yang kompleks, termasuk asal-usul orang tua Meurah Silu.

Wakil Dekan III FUAD UIN Sultanah Nahrasiyah, Dr. Rizqi Wahyudi, M.Kom.I, yang juga hadir dalam diskusi tersebut, menegaskan bahwa banyak narasi sejarah yang telah lama dipolitisasi. “Menceritakan sejarah atau makna dari sesuatu seringkali tidak lepas dari kepentingan. Tanpa kita sadari, ada agenda politik yang tersembunyi di balik narasi tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Tika Beut, Jihan Fanyra, menyampaikan refleksinya terkait stereotip terhadap Aceh yang kerap muncul dari teman-temannya di luar daerah. “Banyak teman-teman saya dari luar Aceh mempertanyakan hal-hal sempit tentang Aceh, seperti Serambi Mekkah, hukum cambuk, ganja, dan lainnya. Media telah membentuk citra sempit tentang Aceh, padahal realitas di lapangan jauh lebih kompleks dan tidak bisa disamaratakan. Keislaman itu bukan semata simbol yang dibentuk media, tetapi sangat bergantung pada pribadi masing-masing,” ungkapnya.

Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Zanzibar, M.Sos., turut memberikan pandangannya tentang pentingnya kesadaran kritis atas propaganda. “Sudah waktunya kita berpikir kritis dan berani speak up atas nama kebenaran,” tegasnya.

Diskusi Mimbar Bebas kali ini disambut antusias oleh para peserta. Hadir dalam diskusi tersebut para mahasiswa, akademisi, dan pegiat komunitas yang terlibat aktif dalam perbincangan. Semangat komunitas Tika Beut yang mengusung tagline “berpikir bebas, berkreasi tanpa batas” terasa kuat dalam forum ini. Membicarakan sejarah Aceh, menurut mereka, adalah membicarakan diri kita sendiri.

ShareTweetPin
Previous Post

Pelatihan Bahasa Isyarat di UIN Sultanah Nahrasiyah: Membangun Empati dan Literasi Komunikasi Inklusif

Next Post

Antara 1 Muharram dan 1 Suro: Menjernihkan yang Sakral, Meluruskan yang Mistis

Konten Terkait

Pelatihan Bahasa Isyarat di UIN Sultanah Nahrasiyah: Membangun Empati dan Literasi Komunikasi Inklusif

Pelatihan Bahasa Isyarat di UIN Sultanah Nahrasiyah: Membangun Empati dan Literasi Komunikasi Inklusif

1 Juli 2025
Bupati Aceh Utara Minta Rp54,5 Miliar untuk Peningkatan SPAM Langkahan

100 Hari Ayahwa: Ketika Pemerintah Hadir, Rakyat Merasakan

29 Juni 2025
Imum Jon Puji Langkah Gubernur Mualem Perjuangkan Tanah Wakaf Blang Padang

Imum Jon Puji Langkah Gubernur Mualem Perjuangkan Tanah Wakaf Blang Padang

27 Juni 2025
Menteri PU Tinjau DI Jambo Aye, Ayah Wa Usul Jalan, Irigasi, dan Jembatan

Menteri PU Tinjau DI Jambo Aye, Ayah Wa Usul Jalan, Irigasi, dan Jembatan

27 Juni 2025
Next Post
Antara 1 Muharram dan 1 Suro: Menjernihkan yang Sakral, Meluruskan yang Mistis

Antara 1 Muharram dan 1 Suro: Menjernihkan yang Sakral, Meluruskan yang Mistis

Facebook Twitter Instagram Youtube
Rakyat Bicara

Bicarakan dan informasikan kepada dunia dari genggaman ke genggaman.

Tags

Aceh Aceh Jaya Aceh timur Aceh Utara Anggota DPD RI Anggota DPRA Angin Kencang Azhari Cage beasiswa berita aceh Berita Terbaru Bupati Aceh utara Caleg Dewantara Film "The Electric State" 2025 film 2025 film bioskop 2025 Film Folk Tales of Chu Maxian (2025) Film gangster Film horor Indonesia Film Indonesia Film Jacky Chan Film Karate Kid Legends 2025 Film Mission: Impossible – The Final Reckoning film Netflix 2025 Film Pinoy Imum Jhon Imum jon Kabupaten Aceh Utara Kebakaran Kinda Pregnant News Night In Paradise Panwaslih Aceh Utara Partai Aceh Pemilu 2024 Perwakilan Rakyat Pilkada 2024 Polda Aceh Polres Lhokseumawe Polri Polsek meurah mulia PPBC Rumah Rusak Warga Miskin

© 2024 - PT. Lentera Media Pratama.
Website powered by Altekno Digital Multimedia.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Artikel
  • Kolom
  • Sosok

© 2024 - PT. Lentera Media Pratama.
Website powered by Altekno Digital Multimedia.